PINANG YANG MALANG
Akulah yang menangis disaat orang-orang sedang bersuka ria, suka ria pesta kemerdekaan. Bukannya aku A nasionalis. Tapi aku sedang menjalankan pengorbanan berupa ibadahku terakhir sebagai batang Panjat Pinang. Saat sekarang jutaan kawanku se Indonesia tengah dipajang di tengah lapang, menjadi tontonan segenap warga dalam suka rianya. Semua berteriak suka ceria ... Merdeeekaaa. Seminggu kemudian aku menjadi batang yang ditinggalkan. Tidak ada lagi yang peduli ditinggal dalam kesendirian. Padahal saat menjelang tujuh belasan, berlomba orang mendapatkan batangku. Mereka rela menukar tubuhku hingga empat ratus ribu rupiah. Harga ku semakin mahal karena banyaknya permintaan, sementara untuk mendapatkanku kian sulit. Semakin tahun gegap gempita pesta raya merdeka selalu semarak, tetapi semakin tahun kawan-kawanku semakin langka. Berapa tahun lagi Pesta merdeka bangsa ini masih ada dengan kehadiran tubuhku si pohon Pinang? Entah siapa yang memulai keriaan dengan acar...