Wujud Syukur dengan Hemat Air

Suasana Hujan dan air mengalir di jalan raya 
Sumber : foto Yayan Henri Danisukmara

Pertarungan tersedianya air tawar utamanya air bersih, mudah kita temukan di berbagai tempat. Apalagi sekarang menjelang musim kemarau merupakan waktu terbaik untuk mengingat itu. Waduk Saguling memprihatinkan demikian berita (PR, 22/07/05), Apalagi nanti terutama saat musim kemarau berlangsung akan terlihat betapa sulitnya mendapatkan air bersih. Bahkan banyak d antara masyarakat kita harus antre berjam-jam hanya untuk mendapatkan beberapa liter air saja. Atau di tempat lain masyarakat harus berjalan berkilo-kilo meter, juga hanya untuk mendapat beberapa liter air. Memprihatinkan.
Indonesia termasuk negara nomor lima dari sembilan negara yang kaya akan air di dunia, dengan curah hujan mencapai rata-rata 2.779 mm/tahun. Sedang potensi air diperkirakan mencapai 15.000 m3/kapita/tahun, lebih tinggi dari rata-rata potensi pasokan air dunia yang hanya 8.000 m3/kapita/tahun. Akibat dari kebutuhan yang terus meningkat menyebabkan eksploitasi terhadap sumberdaya air telah dilakukan dengan tidak mengindahkan kaidah-kaidah keberlanjutan air. Apalagi dengan pencemaran terhadap air yang terjadi saat ini, semakin menambah terbatasnya ketersediaan air bagi kehidupan manusia.

Masyarakat wajib bersyukur kepada Allah swt karena Indonesia kaya air tawar. Air tawar merupakan kebutuhan pokok bagi manusia dalam kehidupan sehari-harinya. Tetapi banyak perilaku dari kita yang boros air dan tidak perduli lingkungan sehingga air bersih semakin langka. Selain berguna untuk keperluan air minum, tidak kalah pentingnya juga untuk keperluan MCK (Mandi Cuci Kakus). Terbayang tanpa air tawar bagaimana runyamnya kehidupan ini.
Permukaan bumi ini sebagian besar tertutupi oleh perairan lautan yang mencapai hingga 70% dari luas muka bumi. Sedang komposisi kandungan air yang ada di bumi ini terdiri dari 97 % berupa air asin, 0,02 % sungai dan danau, 0,50 % air bawah tanah, 1,90 % salju dan glasier dan sekitar 0,01 % berupa air tanah. Dari perincian itu untuk air tawar dunia terdiri dari 78,19 % berupa salju dan glasier, 20,58 % air bawah tanah, 0,82 % sungai dan danau, 0,41 % berupa air tanah.

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia, tetapi ketersediaan air bersih semakin lama semakin menurun. Karena kualitas permukaan udara (sungai, mata air) menurun sehingga kuantitas air yang bisa dikonsumsi menjadi berkurang. Proses sedimentasi yang tinggi akibat peningkatan pencemaran air dan erosi menjadi faktor pendukung penurunan kualitas permukaan udara. Selain itu, volume air tanah juga semakin menurun karena kualitas dan kuantitas penyerapan air ke dalam tanah memang berkurang. Kondisi lapisan tanah yang semakin menipis akibat erosi menyebabkan kemampuan tanah menyimpan air semakin rendah. Di samping itu, semakin luasnya lahan yang berubah fungsi sebagai tempat berdirinya bangunan (building recovery) berdampak pada semakin sempitnya permukaan tanah yang dapat menyerap udara.

Peringatan itu juga tertuang dalam Al-Quran (QS 67 : 30) Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering; lalu siapakah yang akan mendatangkan udara yang mengalir untukmu?”. Mengapa kita tidak menyadarinya, ternyata sungai-sungai telah tercemar, waduk-waduk mengalami pendangkalan, mata air menyusut. Siapa yang paling bertanggung jawab atas peristiwa tersebut, tentu kita manusia sebagai khalifah di bumi ini. Apakah kita akan meminta tanggung jawab pada orang utan di Kalimantan atau pada Badak Jawa di daratan Banten sana?
Pada saat yang sama ditemukan kondisi lain yang berlawanan. Sebagian masyarakat karena kemampuan ekonominya, memang tidak terkena dampak krisis air tersebut. Mereka malah terkesan berlebihan, banyak aktivitasnya yang sering menampakkan perilaku boros air. Seperti saat mencuci kendaraan, menyiram tanaman taman di rumah, atau bahkan sekedar lupa menutup kran air di kamar mandi hingga seharian karena ditinggal pergi ke kantor.

Sudah saatnya kita mulai khawatir tentang ketersediaan air tawar. 

Pertama : pelaksanaannya tidak berperilaku boros dalam penggunaan air. prinsip ringan seperti menutup kran wastapel saat gosok gigi dapat diterapkan, karena air yang terbuang percuma apabila anda lupa menutup kran adalah enam liter permenitnya. Jangan biarkan air hanya menjadi limbah karena perilaku anda. Ingat bahwa di daratan Afrika sana seorang perempuan harus berjalan sejauh enam kilometer hanya untuk mendapatkan air bersih bagi keluarganya.

Kedua : Kemudian mencoba memperbaiki arif terhadap lingkungan, dengan menyediakan ruang terbuka di halaman rumah dalam rangka memberi kesempatan air meresap ke dalam tanah. Karena hanya dengan udara, kehidupan di dunia bisa berjalan, pertanian, perkebunan, dan sektor perikanan darat semuanya berkaitan dengan air tawar. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran (50 : 9) “Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak gunanya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam”. Air merupakan komponen utama dalam kehidupan bumi. Air yang dibutuhkan untuk mengolah gandum adalah sebanyak 1.500 liter. Semua kehidupan memerlukan udara, begitu pentingnya udara seringkali menjadi sumber konflik.

Ketiga : Dan terakhir (harus) mampu, kampanyekanlah hemat air dalam keseharian kita melalui perilaku kita. Udara adalah sumber kehidupan sebagaimana diterangkan dalam Al Quran, maka ajaklah keluarga terutama dengan anak-anak kita untuk mulai memperhatikan udara. Ajaklah mereka berdiskusi dari mana dan bagaimana air mengalami siklus yang panjang sampai dapat dimanfaatkan kita. Dengan demikian diharapkan akan tertanam sikap menghargai air karena penggambaran berapa banyak waktu yang diperlukan oleh air untuk sampai ditangan kita. Ibarat perjalanan, udara memerlukan jarak ribuan kilometer bahkan kita akan lelah hanya untuk membayangkannya. Diberi keterangan sifat pelajaran dan pengingat (QS 56 : 68) “Maka terangkanlah saya tentang air yang kamu minum”.

Dalam ayat lain (QS 77 : 27) dan Kami jadikan dia gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air yang tawar. Tiada kata syukur yang paling indah, kecuali berperilaku hemat air dalam hidup kita mulai saat ini juga. Tuhan pun telah menjanjikan barangsiapa hamba yang pandai bersyukur maka akan berlipatgandakan kenikmatan yang telah dimilikinya. Tentu kita mengharapkan demikian, tidak berharap Indonesia menjadi negara gurun karena adzab. Jangan katakan tidak mungkin, ingatlah seperti yang telah terjadi dimana dahulu Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor minyak, kini telah berubah menjadi negara pengimpor minyak. Saya akan mulai hemat air dari diri saya sendiri...

Telah dimuat di Harian Pikiran Rakyat


Komentar