Bunga Liar Pinggir
Jalan
Oleh : Yayan Henri
Danisukmara

Aku tumbuh bahagia
di sini, di pinggiran jalan menuju sebuah perkampungan. Bahagiaku kutampakkan
dengan bunga yang bermekaran di setiap kuncup cabang. Tidak tahu siapa yang
menancapkan batang di sini, entah dia sengaja atau tidak, entah dia merasa
memiliki atau tidak, aku tidak tahu. Hanya bersyukur, dalam hidmatku pada sang
Maha Kuasa kutitipkan doa bahagia, ya dengan bunga yang ku mekarkan.
Orang senang, orang
bahagia karena melihatku itu adalah bentuk ibadah pada sang Maha Pencipta. Dia
yang memberikan kesempatan padaku untuk tumbuh, berkembang membesar dengan
nutrisi dari alam di sekitar. Karena terhitung liar, dan tidak tumbuh dalam pot
maka tidak ada ketergantungan pada yang memelihara. Aku bebas, mencari sendiri
makanan dan minuman, sesukanya.
Dalam bincang
dengan tetangga di seberang tempat ku tumbuh, ada teman temanku yang tumbuh
dalam pot. Mereka tampak senang ketika yang memelihara mereka perhatian dan
memberikan perawatan yang semestinya. Tapi terkadang dari mereka ada yang
menjerit, teriak kehausan, karena dua hari terlupakan tidak diberikan siraman.
Kalau makanan, mereka terima apa yang ada walau terbatas, tetapi kebutuhan akan
air tidak bisa ditawar. Jika tidak terpenuhi, akan menggugurkan helai daun daun
yang ada.
Aku, yang tumbuh
bebas dan liar tidak bisa memberikan pertolongan. Aku tumbuh liar berada bebas
di alam, kini terhenyak. Kadang ada rasa iri melihat teman temanku sesama
tumbuhan bunga, yang dipelihara dan dirawat, disapa pagi dan sore hari, dari
para pemeliharanya. Tapi kini ketika, dengar jeritan dan teriakan mereka yang
kehausan karena yang memeliharanya tidak ada di tempat.
Kini, aku tambahkan
senyumanku dengan mekarkan bunga penuh ceria. Ya, setiap diri punya hal yang
berbeda, kenapa kita harus Iri dengan yang lain. Karena kita punya keterbatasan
dan kelebihan sendiri. Aku yang tumbuh liar di pinggir jalan, akhirnya lebih
sering tebarkan senyum kepada setiap orang yang lewat, atau mengundang lebah
untuk singgah dan mengambil nektar yang ada.
Orang yang melihat
dan memuji, dan juga menjadi senang bahagia karenaku kemudian dia bersyukur dan
memuji Sang Maha Pencipta maka itu adalah bagian dari ibadahku. Juga lebah yang
menghisap nektar yang ada di bungaku, kemudian terkumpul menjadi madu oleh
lebah, memberi kehidupan pada lebah, dan juga pada manusia yang senang akan
madu, itu juga ibadahku pada Yang Maha Kuasa.
Ya, Tuhan Pencipta
Semesta, terima kasih atas kehidupan ini, ijinkan dan ridoi aku untuk ceria dan
mekarkan bunga.. itulah ibadahku dalam berhidmat pada Mu ya Rabb, Subhanallah,
walhamdulillah allahuakbar.
Cirebon, 05 Mei 2025
Komentar
Posting Komentar