Musim Kemarau Menjelang, bagaimana Musim Hujan Kemarin?

 

Situ sebagai salah satu bagian dari Pemanenan air Hujan
(Foto : Situ Panawuan Oleh Yayan Henri)

Pemanenan air hujan adalah proses mengumpulkan dan menyimpan air hujan yang jatuh pada permukaan tanah atau bangunan untuk digunakan di masa depan. Proses ini umumnya dilakukan dengan cara menangkap air hujan dengan bantuan atap atau permukaan lainnya, kemudian mengalirkannya ke tangki atau sumur untuk disimpan.

Pemanenan air hujan memungkinkan dan dapat dilakukan di mana saja, terutama di daerah yang sering mengalami hujan. Beberapa tipe pemanenan air hujan antara lain:

  1. Tangki air: adalah cara paling umum dalam pemanenan air hujan. Air hujan ditangkap dan disimpan di dalam tangki untuk digunakan di masa depan.
  2. Bak penampungan air: adalah cara yang mirip dengan tangki air, namun menggunakan bak atau wadah yang lebih besar untuk menampung air hujan.
  3. Sumur resapan: adalah cara pemanenan air hujan dengan cara mengalirkan air hujan ke dalam tanah dan membiarkannya meresap ke dalam tanah untuk digunakan nanti.
  4. Bio-retensi: adalah cara pemanenan air hujan yang melibatkan penggunaan tumbuhan dan media lain untuk menyerap dan menyaring air hujan yang jatuh, sehingga mengurangi kerusakan lingkungan.
  5. Kolam retensi: adalah cara pemanenan air hujan dengan cara membuat kolam yang menampung air hujan, kemudian membiarkan air tersebut meresap ke dalam tanah secara perlahan-lahan.
  6. Sistem atap hijau: adalah cara pemanenan air hujan yang melibatkan penggunaan tanaman yang tumbuh pada atap bangunan, sehingga dapat menyerap dan menyaring air hujan yang jatuh.
  7. Sistem Drainase Hijau: adalah cara pemanenan air hujan yang menggunakan teknologi sistem drainase yang memanfaatkan tanaman sebagai filter dan tempat penyimpanan air.
  8. Sistem Aquaponik: adalah cara pemanenan air hujan yang melibatkan penggunaan air hujan sebagai air irigasi untuk pertanian aquaponik.

Ada banyak cara untuk melakukan pemanenan air hujan, tergantung pada kondisi lingkungan dan kebutuhan penggunaannya. Namun, pemanenan air hujan dapat menjadi solusi yang efektif dan berkelanjutan untuk mengatasi kekurangan air di masa depan.

Naturalisasi dan normalisasi sungai adalah dua pendekatan yang berbeda dalam penanganan banjir di Jakarta.

  1. Naturalisasi Sungai: Naturalisasi sungai adalah proses mengembalikan fungsi alami sungai yang terganggu akibat pembangunan manusia. Pendekatan ini mencakup pengembalian aliran sungai, perbaikan kualitas air, pemulihan ekosistem riparian (hutan galeri), serta rehabilitasi tanah dan vegetasi di sekitar sungai. Pada umumnya, naturalisasi sungai melibatkan pembangunan tanggul, pengurangan beton dan aspal, serta pematangan tepi sungai dengan vegetasi.

Dalam konteks penanganan banjir, naturalisasi sungai dapat membantu mengurangi risiko banjir karena memperbaiki kapasitas sungai dalam menampung air, memperlambat aliran air, dan meningkatkan kualitas air. Naturalisasi sungai juga membantu memperbaiki ekosistem sungai, sehingga memberikan manfaat yang lebih besar bagi lingkungan dan keberlangsungan hidup manusia.

  1. Normalisasi Sungai: Normalisasi sungai adalah proses mengembalikan dimensi dan kondisi fisik sungai ke bentuk semula yang didefinisikan oleh manusia. Pendekatan ini melibatkan pembangunan tanggul, penggalian sungai untuk memperdalam aliran, dan pembuatan saluran air buatan. Normalisasi sungai biasanya dilakukan untuk memperbaiki kapasitas sungai dalam menampung air dan meningkatkan keamanan pemukiman yang berada di sekitar sungai.

Dalam konteks penanganan banjir, normalisasi sungai dapat membantu mengurangi risiko banjir dengan meningkatkan kapasitas sungai dalam menampung air dan memperlancar aliran air. Namun, normalisasi sungai seringkali dianggap sebagai solusi yang sederhana dan tidak berkelanjutan, karena cenderung mengabaikan aspek lingkungan dan ekologi sungai.

Secara keseluruhan, naturalisasi dan normalisasi sungai memiliki pendekatan yang berbeda dalam penanganan banjir di Jakarta. Naturalisasi sungai lebih fokus pada pemulihan ekosistem sungai dan lingkungan yang berkelanjutan, sedangkan normalisasi sungai lebih fokus pada pembangunan fisik sungai dan meningkatkan kapasitasnya. Keduanya dapat menjadi solusi yang efektif dalam mengatasi banjir di Jakarta, tergantung pada kebutuhan dan kondisi lingkungan yang ada.

Ada beberapa ayat Al-Quran yang berkaitan dengan hujan dan banjir. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. "Dan Dia yang menurunkan air hujan dari langit, lalu menghidupkan kembali bumi yang mati dengan air itu." (QS. Ar-Rum: 24)

Ayat ini menegaskan bahwa hujan adalah anugerah dari Allah SWT yang membangkitkan kembali kehidupan di bumi yang mati.

  1. "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada umat-umat terdahulu, dan telah datang kepada mereka rasul dengan keterangan yang nyata, lalu Kami memberikan siksa kepada orang-orang yang berdosa. Dan adalah hak Allah membebaskan (menjaga) orang-orang yang beriman." (QS. Yunus: 47)

Ayat ini menegaskan bahwa bencana seperti banjir dan hujan lebat juga dapat dijadikan sebagai peringatan bagi manusia agar kembali kepada jalan yang benar.

  1. "Dan Kami turunkan dari langit air yang diberkahi, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun dan biji-bijian yang ditebar." (QS. Qaf: 9)

Ayat ini menunjukkan bahwa hujan bukan hanya sebagai anugerah untuk kehidupan manusia, tetapi juga untuk tumbuhan dan hewan.

  1. "Dan Kami menurunkan dari langit air hujan yang penuh berkah, lalu Kami menghidupkan dengan air itu kota-kota yang mati." (QS. Al-Anbiya': 30)

Ayat ini menegaskan bahwa hujan juga bisa membangkitkan kembali kota-kota yang hancur dan mati.

Dari keempat ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa hujan adalah karunia Allah SWT yang harus dijaga dan dimanfaatkan dengan bijak. Banjir dan hujan lebat juga bisa dijadikan sebagai peringatan untuk kembali kepada jalan yang benar dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. (YHDS101)

Komentar