Hidup dari sang Pencipta Hidup

Bahwa hak hidup itu dimana saja, ketika dia mampu bertahan tentu akan berkembang sebagaimana kudratnya. Kadang hanya pikiran kita saja yang membatasi, sesuai dengan batasan diri yang ada. 

Pernah punya pengalaman yang menggelitik dalam hati, ketika bekerja di salah satu HPH di Kalimantan Timur yang dimiliki konglomerat sohor jaman itu. Saya bekerja membidangi Pembinaan Hutan, hutan dibina memang dia pernah menjadi hutan yang nakal? Rangkaian kegiatan menu yang harus diramu, sudah tersaji tinggal kita urut sesuai tata waktunya. Ada kurang lebih 12 tahapan kalau tidak salah. Setelah blok ditinggalkan oleh penebang yang memanen kayu, maka kita lakukan pembebasan, Inventarisasi Tegakan Tinggal dan juga penanaman serta lanjutan kegiatan lainnya.

Pembebasan maksudnya menumpas perdu atau tumbuhan yang memang banyak tumbuh karena terbukanya areal bekas panen kayu. Padahal kalau dipikir hal itu justru cara alam mengobati dirinya karena adanya perubahan tutupan lahan. Kemudian ada lanjutan Inventarisasi tegakan tinggal, dengan mengikuti jalur lebar per 20 meter. Dari hasil itulah nanti ter peta kan adanya lahan kosong, baik akibat jalan sarad traktor atau pun daerah terbuka lain karena tumbang nya pohon.

Persemaian jalan terus tidak berhenti setiap tahunnya, tugasnya menyiapkan bibit bagi regu penanaman berdasarkan hasil inventarisir sebelumnya. Asal bibit pun diambil dari cabutan di alam, melalui pembenihan dari biji ataupun dari stek pucuk. 

Dalam satu kesempatan saya mengikuti regu penanaman dan melihat hasil dari kerja penanaman sebelumnya. Ada yang membuat saya terpana, melihat anakan meranti tumbuh subur dengan tunas yang rimbun. Saya tidak akan heran kalau itu tumbuh di dataran tanah biasa, ini saya saksi kan si anakan meranti itu tumbuh di atas batu bekas jalan sarad yang mungkin saja, akarnya telah menembus batuan tersebut. Sementara hasil penanaman dari bibit yang berasal dari persemaian seperti minder tak bergairah. Dari situ saya sempat ajukan hal konyol, kita itu percuma mengadakan penanaman. Alam lebih tahu untuk merehabilitasi diri nya, asalkan jangan ada gangguan berikutnya dari manusia. Dan lagi rangkaian kegiatan yang dilakukan hanyalah mengejar berita acara, bahwa kita taat patuh pada peraturan, bukan mengejar esensi perbaikan dan lestarinya hutan.

Sekarang saya melihat fenomena itu, dari pemandangan ketika saya jalan pagi. Sepertinya anakan Mahoni yang tumbuh di talang air. Hidup adalah kuasa dari Tuhan yang maha pencipta lagi maha pengatur kehidupan.
Seperti disampaikan Firman Allah dalam Alquran, surah ke 50(Qaf) ayat 9 yang artinya :
Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah, lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji bijian yang dapat dipanen. Maha besar Allah dengan segala firmannya.

Komentar