Postingan

TORANG BISA

Gambar
Menjadi slogan selama event PON dan Peparnas berlangsung di Papua. Secara arti mungkin itu saya bisa, penggambaran optimisme dari masyarakat Papua bahwa mampu menyelenggarakan kepercayaan yang diembankan pada mereka. Untuk PON sudah terbukti terlewati dengan telah pulangnya kontingen ke daerah masing masing dengan aman dan selamat. Itu hal yang luar biasa, ternyata Papua aman dan damai. Bandara Sentani mampu mendatangkan dan memulangkan tamu yang kurang lebih 30.000 orang.  Dan sekarang akan mendatangkan sekitar 6.000 orang dimana sekitar 50%nya adalah para disabilitas. Aksesibilitas property sudah menjadi kewajiban internasional untuk tersedia di bangunan bangunan layanan publik baik lembaga pemerintah maupun swasta. Mungkin saat ini dengan semangat untuk penyelengaraan, kedepannya diambil pengalaman harus adanya tersedia akses disabilitas seperti penyediaan lift yang mampu menampung kursi roda, toilet, ram landai yang menyertai tangga berundak. Saat ini hal itu belum mampu terjaw

Kangen Sayur Asem

Gambar
Makan apa kita siang ini, hmmm ini sementara jadi pertanyaan penting. Dua hari sudah ada di Jayapura, atau mungkin karena fokus pekerjaan dan tidak sempat jalan jalan. Ya saya mesti hati hati karena bisa jadi kita masuk ke zona terlarang dalam hal makanan. Jadi saat begini kangen bertemu dengan perempuan berhijab, setidak itu menjadi tanda saya untuk bertanya lagi welcome tuk kami atau tidak. Menu netral, ayam, ikan, telur itu jadi pilihan utama. Saya gunakan kecanggihan pesan antar, go food. Ternyata tidak banyak pilihan. Yang membuat kaget menu mujair bakar itu Rp. 100.000 untuk satu porsinya.... aje gile salah tulis atau benar tidaknya saya ga minat tuk konfirmasi, yang pasti tertulis di sana.. positifnya peluang usaha bagi mereka tuk ternak mujair atau nila tersebut. Belum ketemu rumah makan khas Sunda, mungkin karena tidak banyak komunitas suku yang dikenal penyuka daun daunan alias lalab dan kerupuk. Kalo ada sepertinya akan menjadi pilihan dan sayur asem akan selalu

Papua Selamat Pagi

Gambar
Di bandara mendarat tepat seperti jadual yang ada, proses biasa menunggu pengeluaran dan pengambilan bagasi. Garuda terbang, jadual terlaksana baik. Isi penumpang tidak bisa dikatakan jelek, termasuk penuh teriisi sekitar 70 %. Tahu juga saat chek in dan memasukan bagasi, iseng ngobrol karena memang kami termasuk awal yang datang, dan juga banyak tersedia konter untuk chek in. Hal ini karena kami ditanya mau pilih kursi di posisi mana? Lorong atau jendela. Kebetulan saya memang pilih jendela, iyah masih bisa katanya karena dari 140 terisi 80 kursi. Tapi kenapa sekarang gonjang ganjing yahh.... gaa ikutt ikuutt. Hari ini belum bisa langsung chek ini hotel, karena memang masih pagi. Kami tetep pilih memuju Mercure hotel, setidaknya dapat titip barang bawaan kami. Setelah itu saya coba cari tempat sarapan, yang ternyata cukup sulit didapatkan. Panas cukup menyengat, berjalan di trotoar jalanan. Akhirnya diputuskan tuk makan dengan menu gudeg, mau coba gudeg di Papua barangkali bahannya bu

Merokok or Not

Catatan Perjalanan Kami bersaudara para perokok Indonesia (tidak berupaya kampanye untuk merokok) Kamis, 28 Oktober 2021 awal perjalanan saya menuju luar pulau Jawa. Sebelumnya sekitar bulan Juli perjalanan ke arah Barat Indonesia ke daratan Sumatra, Batam dan Tanjung Pinang Kepulauan Riau. Kali ini perjalanan ke arah Timur. Ujung Timur Imdonesia ke Papua, konon Pulau di Timur Indonesia tersebut pulau dengan kekayaan alam yang melimpah. Suatu yang patut disyukuri kita sebagai bangsa Indonesia. Papua, baru saja selesai menyelenggarakan pesta olahraga terbesar di Nusantara ya PON XX Papua tahun 2021, dua minggu kebelakang telah selesai digelar dan Provinsi Jawa Barat masih dapat mempertahankan supremsi olah raga Nasional sebagai Juara umumnya.  Di tengah susana pandemi Corona 19 penyelenggaran tersebut sukses luar biasa. Semua kecemasan kekhawatiran di awal tidak terbukti. Keamanan tidak terdengar adanya gangguan berarti, menandakan damai adalah lebih indah dan membawa kenangan bagi semu

REMBULAN PAGI DALAM BINGKAI JENDELA

Gambar
Terawang sepuh emasmu tenteram Teringat kembali kata dengan-mu bulan Ketika jemari bertaut menggemgam Kalau hati rindu dendam ajukan pandang Tapi tidak untuk saat ini Kala dingin masih menghujam Tidak juga kau sampaikan diri Kepada bulan tuk berikan salam Apakah rembulan berubah wajah Hingga di seberang jendela tiada elok akan kah hari kembali gundah Kemana berjalan untuk hari esok Rembulan pagi Bingkai jendela Dingin yang sepi Menunggu terjaga Bandung, medio Mei 2005

LEMBAYUNG DI ATAS SABUGA

Gambar
Sore ini, seperti sore kemarin Jalanan Bandung tak juga dingin Angkuh dalam diam yang tak biasa Melecut gerak helaan manusia Terawang pikir dalam ombak kehidupan Menjemput siapapun dalam lamunan Barisan asa menyergap dalam dekapan Menunggu waktu terkepal genggaman Hari berlari demi satu harapan Diam menjadi arti tertinggal Kemana harus menyusur tegalan Lembayung di atas Sabuga ... Lembayung di atas Sabuga Keindahan yang tidak terkira Seperti sore itu tengadah raga Ya Tuhan ... Mengapa .. Kehidupan Taman Sari mulai sepi Burung ke sarang hilangkan penat diri Lampu malam telah menggantikan Begitulah kehidupan harus berjalan Sore ini kembali kutelusuri Bongkah dan karat kehidupan Menuju titik yang tidak kumengerti Sampai kapan deraian air tak berhujan Lembayung di atas Sabuga Damai indahmu mematri diriku ... Bandung, Awal Mei 2005

PANCASONA WISATA PUNCLUT

Gambar
Pemandangan dari Punclut di Pagi Hari Sumber : foto Said Fariz Hibban "Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum" M.A.W. Brouwer    PUNCLUT , Puncak Ciumbuleuit Utara, demikian nama yang dikenal warga Kota Bandung. Satu tempat di bagian Utara Bandung, termasuk wilayah administrasi Kelurahan Ciumbuleuit Kecamatan Cidadap. Luas Kawasan Punclut Kota Bandung adalah sekitar 268 ha, dengan topografi bergelombang dan berbukit, terletak pada ketinggian ± 800 m s/d 1.000 m dpl. Punclut, sekarang lebih dikenal karena hebohnya perebutan tatanan daerah itu, dan lebih bernuansa politis. Padahal Punclut merupakan daerah potensial dilihat dari fungsi ekologis, maupun sosial ekonominya. Terlihat di setiap hari libur atau di hari Minggu penuh diserbu ribuan warga Kota Bandung. Menurut sejarahnya, konon tanah punclut adalah bekas perkebunan teh warisan jaman kolonial dahulunya. Kemudian sebagai tanah erpacht tersebut telah beberapa kali ganti status kepemilikan. Dari tanah negara, ke